Apa itu Story Telling?
Cerita memang terdengar sepele. Akan tetapi, cerita banyak manfaatnya. Seperti misalnya di dalam dunia pendidikan, cerita bisa digunakan untuk melatih kemampuan berbahasa dan mengasah daya imajinasi serta tingkat kreativitas seseorang.
Di dalam dunia bisnis, cerita bisa menjadi media untuk menjual suatu produk. Karena cerita memiliki banyak manfaat, kemampuan menyampaikan cerita atau bercerita adalah salah satu kemampuan yang wajib kita kuasai.
Di dalam bahasa Inggris, bercerita disebut dengan storytelling. Tulisan ini akan membahas tentang pengertian storytelling, fungsi storytelling, dan beberapa tips untuk menjadi seorang pencerita yang baik.
Apa Itu Storytelling?
Storytelling dibentuk dari dua kata, yakni “story” yang berarti “cerita” dan “telling” yang berarti “penceritaan”. Storytelling itu sendiri bisa didefinisikan sebagai kegiatan menyampaikan cerita, atau kita bisa menyebutnya “bercerita” atau “mendongeng”. Orang yang melakukan storytelling disebut “storyteller” yang berarti “pencerita” atau “pendongeng”.
Storytelling bisa dilakukan secara lisan, tulisan, ataupun melalui media. Contoh storytelling melalui lisan adalah menceritakan anekdot atau dongeng di depan kelas. Contoh storytelling melalui tulisan adalah novel, komik, cerpen, dan sebagainya. Sementara itu, contoh storytelling yang menggunakan media adalah lagu, pakaian, logo, dan sebagainya. Pencipta lagu, perancang pakaian, dan desainer logo menyampaikan cerita mereka melalui media-media tersebut.
Tidak jarang kita menjumpai storytelling yang digunakan dalam pembelajaran. Misalnya saja seorang guru yang melakukan storytelling agar muridnya lebih mudah memahami apa yang sedang mereka pelajari. Kegiatan storytelling terutama sangat bermanfaat bagi orang-orang yang sedang mempelajari bahasa asing. Pasalnya, melakukan storytelling bisa membantu meningkatkan kemampuan berbicara dan mendengarkan mereka.
Apa Fungsi Storytelling?
Fungsi storytelling tergantung dari penggunaan storytelling. Beberapa contohnya adalah storytelling yang digunakan dalam sebuah produk yang berfungsi untuk menarik khalayak menggunakan produk tersebut, atau storytelling yang dilakukan oleh seorang entertainer di atas panggung untuk menghibur para penonton. Adapun storytelling yang digunakan untuk belajar bahasa Inggris memiliki beberapa fungsi sebagai berikut:
- Melatih kemampuan speaking (berbicara) dan listening (mendengar) bahasa Inggris
- Memperkaya pembendaharaan kosakata, idiom, frasa, dan ungkapan bahasa Inggris
- Melatih pronunciation (pelafalan)
- Mempelajari budaya penutur asli bahasa Inggris (English native speakers) terutama jika cerita yang disampaikan berasal dari negara penutur asli bahasa Inggris
- Meningkatkan kepercayaan diri dalam menggunakan bahasa Inggris
Sementara itu, kegiatan storytelling di kelas secara umum memiliki beberapa fungsi di antaranya adalah:
- Meningkatkan daya imajinasi dan tingkat kreativitas
- Mendorong murid untuk berpartisipasi secara aktif
- Meningkatkan tingkat kemampuan berkomunikasi murid
- Melatih konsentrasi
- Menambah wawasan baru
- Mempelajari budaya negara lain, terutama jika cerita yang dipilih berasal dari negara lain yang menunjukkan kebudayaannya
- Membuat suasana kelas lebih menyenangkan
- Memetik dan menanamkan pesan moral yang disampaikan dalam cerita
Bagaimana Caranya Menjadi Storyteller yang Baik?
Berikut ini adalah beberapa cara dan tip yang bisa diikuti untuk menjadi seorang storyteller atau pendongeng yang baik:
- Memahami cerita yang akan disampaikan
Pendongeng yang baik harus mengenal cerita yang ia sampaikan. Sebelum kita bercerita, kita harus memahami unsur intrinsik dari ceritanya, seperti bagaimana alurnya, siapa saja tokoh-tokohnya, seperti apa latar belakangnya, apa pesan moral yang ingin disampaikan, dan sebagainya. Dengan mengenal ceritanya, kita akan lebih mudah untuk menyampaikannya.
Selain mengenal unsur intrinsiknya, kita juga bisa mencari tahu tentang unsur ekstrinsiknya, seperti di mana dan tahun berapa ceritanya diciptakan, apakah terdapat peristiwa penting di dunia nyata yang berkaitan dengan ceritanya, dan sebagainya. Unsur ekstrinsik ini bisa kita diskusikan bersama-sama di dalam kelas setelah kita selesai melakukan storytelling.
- Menyusun cerita
Jika kita menggunakan cerita karangan orang lain dalam storytelling, kita harus menyusunnya kembali dengan kata-kata kita sendiri. Itu karena dengan merangkai ulang ceritanya menggunakan kata-kata kita, kita akan lebih mudah mengingatnya. Kita disarankan untuk tidak menghafal ceritanya kata per kata karena ketika kita lupa satu kata saja, kita bisa melupakan semuanya.
- Memerhatikan eskpresi wajah, suara, dan gerak tubuh
Ekspresi wajah, suara, dan gerak tubuh bisa menentukan apakah cerita yang disampaikan terdengar hidup. Ketiga hal ini adalah satu kesatuan untuk membuat audiens fokus pada storytelling kita.
Intonasi suara sangat penting karena hanya melalui intonasi suara saja, kita bisa memberi tahu penonton situasi atau keadaan yang sedang terjadi dalam ceritanya. Storyteller profesional biasanya mengubah suaranya berdasarkan tokoh ceritanya.
Misalnya saja tokoh ceritanya adalah seorang yang tua renta, dia sebisa mungkin membuat suaranya terdengar seperti seorang kakek-kakek atau nenek-nenek. Intonasi yang tepat akan lebih sempurna jika ditunjang oleh ekspresi wajah dan gerak tubuh yang tepat juga.
- Melakukan kontak mata
Audiens akan merasa terlibat jika kita sesekali melakukan kontak mata dengan mereka. Melakukan kontak mata juga bisa memberi tahu kita bagaimana reaksi para audiens terhadap storytelling kita.
- Menggunakan alat peraga
Alat peraga berfungsi untuk menarik minat audiens untuk mendengarkan storytelling kita, terutama jika audiensnya adalah anak-anak. Fungsi lain dari alat peraga adalah untuk membantu kita menyampaikan ceritanya lebih baik dan membuat audiens lebih memahami ceritanya.
- Berlatih
Ungkapan practice makes perfect memang terdengar klise. Namun, ungkapan tersebut benar adanya. Dengan rajin berlatih, kita mengasah kemampuan storytelling kita. Selain itu, berlatih juga bisa membuat diri kita untuk lebih siap.
Berlatih dengan orang lain memang dianjurkan. Akan tetapi, jika tidak ada orang yang bisa membantu kita berlatih, kita bisa berlatih sendiri di depan cermin. Kita bisa melihat sendiri ekspresi dan gerak tubuh kita di depan cermin sehingga kita bisa mengetahui sendiri apa saja yang harus kita perbaiki dan tingkatkan dalam storytelling kita.