Cara Mengungkapkan Harapan dalam Bahasa Inggris
Dalam bahasa Inggris, ada yang dikenal dengan Subjunctive atau Pengandaian. Pengandaian ini biasa diwujudkan dalam bentuk harapan atau dalam bahasa Inggris yaitu “wishes”. Penggunaan kata “wish” dalam bahasa Inggris umumnya berhubungan dengan sesuatu yang sulit atau tidak mungkin terjadi.
Untuk mengungkapkan harapan atau wishes dalam bahasa Inggris, ada beberapa aturan yang perlu kita perhatikan. Selain itu, ada perbedaan pola atau aturan tata bahasa yang berlaku pula bergantung pada tipe harapan yang diungkapkan. Ada tiga tipe wishes yang akan kita jumpai dalam bahasa Inggris; yaitu future, present, dan past wishes.
Agar lebih memahami cara mengungkapkan harapan dalam bahasa Inggris, mari simak uraian berikut.
Future Wishes
Pattern: Subject + wish(es) + 2nd Subject + would/could …
Pertama, kita akan membahas tentang future wishes atau harapan yang kita inginkan untuk terjadi di masa depan atau nanti. Hal-hal yang termasuk dalam future wishes yaitu apa saja yang belum terjadi dan masih memiliki kemungkinan untuk terjadi.
Yang perlu diperhatikan dari penggunaan kata “wish” adalah, kalimat yang merupakan isi harapan diungkapkan dalam satu tense ke belakang. Artinya, jika kondisi wish atau pengandaian yang kita sebut diharapkan untuk terjadi di masa mendatang (future), maka tense yang digunakan adalah yang menjelaskan pola waktu masa depan lampau (past future) yang ditunjukkan dengan penggunaan modal “would” atau “could”.
“Would” digunakan untuk mengungkapkan sesuatu yang kita harapkan untuk terjadi, dan “could” digunakan untuk mengutarakan sesuatu yang kita harap akan bisa kita lakukan.
Perhatikan contoh kalimat berikut.
- I wish it would stop raining (Aku harap hujannya akan berhenti)
Reality: It is raining and I want it to stop (kenyataan: Hujan sedang turun dan aku ingin hujannya berhenti)
- I wish the kids would finish the meal (Aku harap anak-anak akan menghabiskan makanannya)
Reality: The kids are eating and I want them to finish the meal (kenyataan: Anak-anak sedang makan dan aku ingin mereka menghabiskannya)
- I wish I could cook (Aku harap aku bisa memasak)
Reality: I can’t cook and I want to be able to (kenyataan: Aku tidak bisa memasak dan aku ingin bisa memasak)
- I wish I could make it to Dan’s wedding party (Aku harap aku bisa datang ke pesta pernikahan Dan)
Reality: Dan is getting married and I want to be able to come to his wedding party (kenyataan: Dan akan menikah dan aku ingin bisa mendatangi pesta pernikahannya)
Present Wishes
Pattern: Subject + wish(es) + 2nd Subject + past tense
Kedua, ada present wishes atau harapan yang kita inginkan untuk terjadi saat ini. Present wishes termasuk ke dalam subjunctive atau pengandaian yang tidak mungkin terjadi. Bisa dikatakan, present wishes bertolak belakang dengan realita atau kondisi yang ada pada waktu sekarang/saat harapan tersebut diungkapkan.
Dan sebab aturan penyusunan isi harapan selalu menggunakan tenses yang mundur satu waktu ke belakang, maka kita mengungkapkan present wishes menggunakan past tense.
- I wish they didn’t forget to bring my book (Aku harap mereka tidak lupa membawa bukuku)
Reality: They forget to bring my book (kenyataan: Mereka lupa membawa bukuku)
- I wish I were in Jakarta (Aku harap aku berada di Jakarta)
Reality: I am not in Jakarta (kenyataan: Aku tidak berada di Jakarta)
- I wish Donald Trump weren’t the president (Aku harap Donald Trump bukanlah presiden)
Reality: Donald Trump is the presiden (kenyataan: Donald Trump adalah presiden)
*Catatan:
Dalam subjunctive present wishes, to be yang digunakan selalu “were” siapapun subjectnya. Meskipun kita terkadang menjumpai sebagian native speaker terkadang menggunakan “was” untuk subject I/He/She/It, namun yang tepat secara tata bahasa adalah “were”.
Past Wishes
Pattern: Subject + wish(es) + 2nd Subject + past perfect tense
Yang terakhir, ada past wishes yang digunakan untuk mengungkapkan harapan yang kita inginkan terjadi di masa lalu. Sama seperti present wishes, past wishes juga termasuk pengandaian yang tidak mungkin terjadi sebab masanya sudah lewat dan tidak akan terulang kembali. Past wishes ini biasanya berhubungan dengan penyesalan atau perasaan tidak senang akan suatu hal yang telah terjadi di masa lalu.
Tense yang digunakan untuk past wishes adalah past perfect tense, yakni dengan predikat had + past participle (kata kerja bentuk ke tiga).
- I wish I had visited my grandmother before she left (Aku harap aku sempat mengunjungi nenekku sebelum beliau wafat)
Reality: I didn’t visit my grandmother before she left (kenyataan: Aku tidak mengunjungi nenekku]
- I wish I had finished my assignments yesterday (Aku harap aku sudah menyelesaikan tugas-tugasku kemarin)
Reality: I didn’t finish my assignments (kenyataan: Aku belum menyelesaikan tugas-tugasku]
- I wish they had had a band in the party (Aku harap mereka mengundang grup musik di pesta itu)
Reality: They didn’t have a band in the party (kenyataan: Mereka tidak mengundang band di pesta itu]
Selain menggunakan “I wish” untuk mengungkapkan harapan, kita bisa juga menggunakan “If only” dengan aturan dan makna yang sama.
Contoh:
- If only he would tell the truth (Andaikan dia mau memberitahu kenyataannya)
- If only I were beside him (Andaikan aku berada di sampingnya)
- If only she had called me earlier (Andaikan dia meneleponku lebih awal)