Frasa Untuk Menyampaikan Penyesalan (Expressing Regret)
Dalam Bahasa Inggris terdapat frasa-frasa yang bisa digunakan untuk mengekspresikan penyesalan. Kali ini kita akan belajar frasa untuk mengungkapkan penyesalan tersebut. Tanpa menunggu lama lagi, mari kita langsung lihat saja frasa-frasanya:
I wish…
Frasa pertama yang bisa digunakan untuk mengekspresikan rasa sesal adalah “I wish…”. Frasa ini untuk mengungkapkan tindakan yang kita harap kita lakukan atau tidak lakukan di masa lampau. Berikut adalah contohnya dalam kalimat:
- I wish I had studied harder. (Saya harap saya belajar lebih giat lagi)
- I wish I had done my homework yesterday. (Saya harap saya mengerjakan tugas saya kemarin)
- I wish I hadn’t called her. (Saya harap saya tidak meneleponnya)
Harus diingat bahwa untuk menyampaikan penyesalan dengan menggunakan frasa “I wish…”, kalimat setelah “I wish…” harus dalam bentuk past perfect tense. adapun format past perfect tense adalah subject + had/ had not/ hadn’t + past participle (kata kerja bentuk ketiga). Contoh:
- I wish I had come to the birthday party. (Saya harap saya datang ke pesta ulang tahunnya)
- I wish I had not gone to the beach. (Saya harap saya tidak pergi ke pantai)
- I wish I hadn’t been mad at him. (Saya harap saya tidak marah padanya)
Apabila kita menggunakan tenses lain selain past perfect tense, kalimat yang dihasilkan bukanlah kalimat penyesalan. Contoh:
- I wish I could come to the party. (Saya harap saya bisa datang ke pestanya) –> kita ingin datang ke pestanya, tetapi kita tidak bisa
- I wish I had come to the party. (Saya harap saya datang ke pestanya) –> di masa lalu kita bisa datang ke pestanya, tetapi kita tidak mendatanginya. Sekarang kita menyesal dan berharap pada waktu itu kita datang ke pestanya
Kita juga bisa menambahkan “that” setelah “I wish…” yang menjadi “I wish that…”. Mari kita lihat contohnya dalam kalimat:
- I wish that I had moved out of New York earlier. (Saya harap bahwa saya pindah dari New York lebih awal)
- I wish that I had booked the flight. (Saya harap bahwa saya memesan penerbangannya)
- I wish that I hadn’t bought this dress. (Saya harap bahwa saya tidak membeli gaun ini)
I regret…
Frasa selanjutnya untuk mengekspresikan penyesalan adalah “I regret…”. “I regret…” pada umumnya diikuti oleh gerund (kata kerja+ing) atau noun (kata benda). Contoh:
- I regret inviting John. (Saya menyesal mengundang John)
- I regret eating spicy pasta. (Saya menyesal memakan pasta pedas)
- I regret my tardiness. (Saya menyesali keterlambatan saya)
- I regret the cruel words I said to her. (Saya menyesali kata-kata kejam yang saya ucapkan kepadanya)
Kita juga bisa menggunakan bentuk lampau dari frasa ini, yakni “I regretted…” untuk mengungkapkan penyesalan yang terjadi di masa lampau (sekarang kita sudah tidak menyesal lagi). Contoh:
- I regretted not trying the scholarship program. (Saya menyesal tidak mencoba program beasiswa)
- I regretted borrowing this book. (Saya menyesal meminjam buku ini)
- I regretted my decision to move in to this town. (Saya menyesali keputusan saya pindah ke kota ini)
If only…
“If only…” adalah frasa lainnya untuk mengungkapkan rasa sesal. Frasa ini bisa diterjemahkan sebagai “andaikan”, “andai saja”, atau “jika saja”.
“If only…” harus selalu diikuti oleh kalimat berbentuk past perfect tense. Berikut adalah contohnya:
- If only I hadn’t woken up late, I wouldn’t have missed the train. (Andaikan saya tidak telat bangun, saya tidak akan ketinggalan kereta)
- I would have arrived in Paris by now if only I had taken the morning flight. (Saya akan tiba di Paris sekarang andai saja saya naik penerbangan pagi)
- If only I had listened to my mother, someone wouldn’t have been hurt. (Jika saja saya mendengarkan ibu saya, seseorang tidak akan terluka)
- We would have been the winner if only I had not forgotten bringing my costume. (Kami akan menjadi pemenangnya jika saja saya tidak lupa membawa kostum saya)
I should have…
Kita bisa menggunakan “I should have…” untuk menyampaikan rasa sesal kita. Kita harus menambahkan past participle atau kata kerja bentuk ketiga setelah “I should have”. Contoh:
- I should have gone watching the concert. (Saya seharusnya pergi menonton konsernya)
- I should have added a little salt in the dough. (Saya seharusnya memasukkan sedikit garam pada adonannya)
- I should have told them the truth. (Saya seharusnya mengatakan yang sebenarnya kepada mereka)
Kita juga bisa menggunakan bentuk negatif dari “I should have…” yaitu “I should not have…” atau “I shouldn’t have…” untuk mengungkapkan penyesalan. Mari kita lihat contohnya dalam kalimat:
- I should not have rejected the offer. (Saya seharusnya tidak menolak tawarannya)
- I shouldn’t have let my sister go out alone. (Saya seharusnya tidak membiarkan adik saya keluar sendirian)
- I should not have left my key car inside the car. (Saya seharusnya tidak meninggalkan kunci mobil saya di dalam mobilnya)
I ought to have…
“I ought to have…” sama seperti “should have…”. Hanya saja frasa ini lebih jarang digunakan dibanding “should have…”. Frasa ini juga harus diikuti oleh past participle (kata kerja bentuk tiga). Contoh:
- I ought to have asked for your permission first. (Saya seharusnya meminta izin Anda terlebih dahulu)
- I ought to have travelled more often. (Saya seharusnya bepergian lebih sering)
- I ought to have stopped (Saya seharusnya berhenti merokok)
Bentuk negatif dari frasa ini (I ought not to have…) jarang sekali digunakan. Ketika digunakan pun, biasanya digunakan dalam kontek formal.
If I had a second chance, I would/ wouldn’t…
Saat kita menyesal, kita berharap memiliki kesempatan kedua agar kita bisa menghindari sesuatu yang akan membuat kita menyesal nanti. Oleh karena itu, frasa “if I had a second chance, I would/ wouldn’t…” (Jika saya mempunyai kesempatan kedua, saya akan…) bisa digunakan untuk mengekspresikan rasa sesal.
Di bawah ini adalah beberapa contohnya:
- If I had a second chance, I would work harder. (Jika saya mempunyai kesempatan kedua, saya akan bekerja lebih keras lagi)
- If I had a second chance, I would go to a law school. (Jika saya mempunyai kesempatan kedua, saya akan bersekolah di sekolah hukum)
- If I had a second chance, I wouldn’t break her heart. (Jika saya mempunyai kesempatan kedua, saya tidak akan mematahkan hatinya)
If I could go back in time, I would/ wouldn’t…
Saat menyesal, kita biasanya ingin mengulang waktu untuk tidak melakukan hal yang kita sesali saat ini. Gunakanlah frasa “if I could go back in time, I would/ wouldn’t…” untuk menyampaikannya. Contoh:
- If I could go back in time, I would tell her my feeling. (Jika saya bisa mengulang waktu, saya akan menyatakan perasaan saya kepadanya)
- If I could go back in time, I would study diligently. (Jika saya bisa mengulang waktu, saya akan belajar dengan rajin)
- If I could go back in time, I wouldn’t buy this car. (Jika saya bisa mengulang waktu, saya tidak akan membeli mobil ini)
If I could do it over again, I would/ wouldn’t…
Frasa ini juga memiliki fungsi yang sama dengan frasa “if I had a second chance,…” dan “if I could go back in time,…”, yakni untuk mengungkapkan keinginan kita mengulang kejadian di masa lalu untuk menghindari hal yang kita sesali sekarang.
Mari kita lihat contohnya:
- If I could do it over again, I would accompany Luke watching the match. (Jika saya bisa mengulanginya lagi, saya akan menemani Luke menonton pertandingannya)
- If I could do it over again, I wouldn’t drive her to school. (Jika saya bisa mengulanginya lagi, saya tidak akan mengantarkannya ke sekolah)
- If I could do it over again, I wouldn’t ask him to help me. (Jika saya bisa mengulanginya lagi, saya tidak akan meminta bantuannya)
Be repentant about…
Ketika kita menyesal dan siap untuk meminta maaf dan menerima hukuman atas apa yang telah kita perbuat, kita bisa mengekspresikannya dengan frasa “be repentant about…”. Di bawah ini adalah contoh penggunaannya dalam kalimat:
- What I did yesterday is unacceptable, and I am repentant about it. (Yang saya lakukan kemarin tidak bisa diterima, dan saya menyesalinya)
- I am repentant about what happened to Anna. It was my fault, and I am ready to get any punishment. (Saya menyesal atas apa yang terjadi kepada Anna. Itu adalah kesalahan saya, dan saya siap menerima hukuman apapun)
- I am repentant about stealing your money. (Saya menyesal telah mencuri uang Anda)
Kata lain dari “be repentant about” adalah “feel repentant about…”. Mari kita lihat contohnya:
- I feel repentant about my wrongdoing. I hope you forgive me for that. (Saya merasa menyesal akan kesalahan saya. Saya harap Anda dapat memaafkan saya)
- I feel repentant about my dishonest behavior. I promise I won’t do it again. (Saya merasa menyesal akan kelakuan tidak terpuji saya. Saya berjanji saya tidak akan mengulanginya lagi)
- I feel repentant about what I did to you. I will accept whatever punishment you have for me. (Saya merasa menyesal atas apa yang saya lakukan kepada Anda. Saya akan menerima hukuman apa saja yang Anda jatuhkan kepada saya)
I am sorry about…
Selain bisa digunakan untuk meminta maaf, frasa “I am sorry about….” Juga bisa digunakan untuk menyatakan rasa sesal. Frasa ini sebenarnya sama saja dengan “I regret…”. Hanya saja “I regret…” lebih formal dari frasa “I am sorry about…”. Berikut adalah contohnya:
- I am sorry about what happened to our group. I promise I will find a way to make up for my mistake. (Saya menyesali apa yang terjadi pada kelompok kita. saya berjanji akan mencari cara untuk menebus kesalahan saya)
- I am sorry about failing to meet your standard. (Saya menyesal telah gagal memenuhi standar Anda)
- I am sorry about my behavior when I was still working here. (Saya menyesal akan perbuatan saya ketika saya masih bekerja di sini)
Demikianlah frasa-frasa untuk mengekspresikan penyesalan dalam Bahasa Inggris. Cobalah untuk menggunakan frasa-frasa tersebut di kehidupan sehari-hari agar Bahasa Inggris kita semakin lancar.