Cara Berbagi Cerita dalam Bahasa Inggris

Salah satu kegiatan yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari adalah berinteraksi dengan orang lain. Dalam kegiatan interaksi ini, kita tidak hanya berkomunikasi untuk menyampaikan keperluan kita namun juga membangun relasi.
Kontak yang dilakukan dalam sebuah interaksi memiliki bentuk yang beragam, salah satunya yaitu dengan berbagi cerita. Entah disampaikan secara langsung atau dengan tertulis, menceritakan pengalaman atau kisah yang pernah kita jumpai merupakan cara yang cukup efektif untuk membangun sebuah hubungan dengan seseorang.
Lalu, bagaimanakah cara untuk berbagi cerita dalam bahasa Inggris yang baik dan benar? Simak tips berikut.
Telling a Story
- Tenses
Untuk menyampaikan sebuah cerita, yakni yang berupa pengalaman atau hal yang telah terjadi di masa lalu, maka tenses atau indikasi waktu yang digunakan adalah yang berbentuk lampau. Simple Past Tense dan Past Continuous Tense adalah dua yang paling sering digunakan.
a) Simple Past Tense
Pola dari tense yang satu ini adalah Subject dan diikuti oleh kata kerja bentuk lampau (S + V2). Predikat dari kalimat yang menggunakan Simple Past Tense ini selalu dalam bentuk kedua.
Simple Past Tense digunakan sebagai bentuk waktu utama dalam sebuah cerita.
Contoh:
– I met a cute little girl (Aku bertemu dengan anak gadis kecil yang lucu)
– I found a big, black box on the corner of the room (Aku menemukan kotak hitam yang besar di sudut ruangan)
– There was a big apple tree in the backyard (Ada pohon apel besar di halaman belakang)
b) Past Continous Tense
Selanjutnya, kita juga akan banyak menggunakan Past Continuous Tense dalam menyampaikan sebuah cerita. Tense ini dipakai untuk menyebutkan background atau latar dalam sebuah cerita. Adapun polanya yaitu Subject diikuti To Be dalam bentuk kedua (was/were) dan dilanjutkan dengan kata kerja bentuk sedang/progressive (S+ was/were + V –ing).
Contoh:
– I was sleeping in my room (Aku sedang tidur di kamarku)
– We were having dinner together (Kami sedang makan malam bersama)
– I was walking down the street (Aku sedang berjalan kaki di jalanan)
- Transition Words
Selanjutnya, untuk membuat transisi cerita mengalir dengan baik, kita menggunakan transition words untuk mengurutkan kronologinya. Tanpa adanya transition words, jalan cerita menjadi kaku dan kurang mudah diikuti alurnya.
Macam-macam transition words yang dapat digunakan antara lain:
a) Beginning (Pembuka):
Firstly (pertama-tama), first of all (pertama-tama, pada mulanya), to start with (pada awalnya), etc.
“First of all, I didn’t realize that somebody was watching me.” (Pertama-tama, aku tidak sadar bahwa ada orang yang sedang memperhatikanku)
b) Continuing (Lanjutan):
Then (kemudian), after that (setelah itu), next (selanjutnya), etc.
“Then, as I walked, I knew he was following me.” (Kemudian saat aku berjalan, aku tau dia mengikutiku.”
c) Interruptions (Penyelaan):
Suddenly (tiba-tba), unexpectedly (tak disangka), etc.
“Suddenly, I heard somebody call my name.” (Tiba-tiba, aku mendengar seseorang memanggil namaku)
d) Ending (Penutup):
Finally (akhirnya, akibatnya), eventually (pada akhirnya), in the end (akhirnya, ujung-ujungnya), etc.
“Finally, I stopped walking and turned around. Then I found out that the person who was following me was my own uncle.” (Akhirnya, aku menghentikan langkahku dan berbalik. Lalu aku mengetahui bahwa orang yang sedang mengikutiku tadi ternyata adalah pamanku sendiri)
- Adverb Phrases
Selain penggunaan transition words, dalam menyampaikan sebuah cerita kita bisa juga memakai adverb phrase. Adverb phrase adalah frasa atau gabungan kata yang berperan sebagai kata keterangan; dan dalam konteks ini menunjukkan keterangan waktu.
Contoh adverb phrase antara lain:
– When I was little (ketika aku masih kecil)
– When my brother was a kid (ketika kakak laki-lakiku masih anak-anak)
– Since 2016 (sejak tahun2016)
– In 2017 (pada tahun 2017)
– Two days ago (dua hari yang lalu)
– One day (suatu hari)
– On Sunday (pada hari Minggu)
– Before I went to school (sebelum aku berangkat sekolah)
– After they finished (setelah mereka selesai)
– Yesterday (kemarin)
– Last week (minggu lalu)
– etc
Lihat cara penggunaannya berikut.
“When I was a kid, I had a dog named Suzie. One day, when I was like 10, she died from illness. Last week, I was going downtown g then I saw this pet shop. I didn’t know why I wanted to walked in; but then the first thing my eyes caught was a little poodle that looked just like Suzie. I was feeling so happy.”
(Ketika aku kecil, aku memelihara anjing bernama Suzie. Suatu hari, ketika usiaku sekitar 10 tahun, dia mati karena sakit. Minggu lalu, aku pergi ke kota lalu melihat toko hewan peliharaan. Aku tidak tahu kenapa aku mau masuk, namun kemudian hal yang pertama kali kulihat disana adalah seekor poodle kecil mirip Suzie. Aku sangat bahagia.)
- Used to VS Would
Mungkin kalian tidak jarang menemukan penggunaan “used to” dan “would” dalam sebuah paragraf. Keduanya memang umum digunakan dalam menyampaikan suatu cerita atau pengalaman, khususnya yang menjadi rutinitas di masa lampau. Kata “would” memang biasa digunakan dalam Past Future Tense atau menunjukkan waktu ‘akan’; namun dalam konteks ini, makna dari kalimat yang menggunakan modal “would” tidak berbeda dengan kalimat yang memakai “used to”. Bedanya, “would” baru bisa dipakai ketika cerita sudah jelas terjadi di waktu lampau; sedangkan “used to” dapat langsung dimunculkan di awal kalimat.
Contoh:
“In 2016, I used to be close with John. We would chat and hang out every day.” (Di tahun 2016, aku dekat dengan John. Kami biasa mengobrol dan main setiap hari)
“I used to dream as a singer when I was in elementary school. I’d sing in my room and pretend that my toys were the audience.” (Aku dulu bermimpi menjadi seorang penyanyi ketika masih SD. Aku biasa menyanyi di kamar dan membayangkan mainanku sebagai penontonnya)