Tuli (How To Say Deaf Politely)
Tahukah Anda ternyata terdapat banyak istilah untuk merujuk pada orang-orang yang tidak memiliki kemampuan mendengar dalam bahasa Inggris. Jika dalam bahasa Indonesia, kita sering mendengar istilah tuli atau tunawicara, dalam bahasa Inggris terbagi lagi menjadi beberapa istilah dengan penjelasannya masing-masing.
Penting untuk mengetahui penjelasan tiap istilah tersebut, karena Anda tentu tidak mau dianggap menyinggung karena salah atau tidak tepat menggunakan istilah. Di dunia internasional telah menjadi hal yang umum mengenai perbedaan istilah ini.
Kali ini kami akan menjelaskan bagaimana mengatakan tentang ketidakmampuan mendengar dengan sopan yang telah kami rangkum dari berbagai sumber. Silahkan baca dan simak baik-baik.
Menurut AARP (American Association of Retired Persons), ada empat istilah yang biasanya digunakan untuk mendeskripsikan orang-orang yang tidak mampu mendengar.
- People with hearing loss
Kira-kira dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai orang-orang yang kehilangan kemampuan pendengaran. Istilah ini dianggap satu-satunya istilah yang tampaknya mampu diterima oleh semua orang. Hanya saja ada dua masalah dengan istilah tersebut yakni tidak praktis dan tidak ada bentuk tunggalnya.
- Hard of hearing
Beberapa asosiasi pendengaran termasuk Canadian Hard of Hearing Association (CHHA) dan International Federation of Hard of Hearing People (IFHOH) menggunakan istilah ini. jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi kesulitan mendengar. Saat ini istilah “hard of hearing” dianggap kuno.
- Deaf
Istilah ini biasanya digunakan pada pembicaraan yang sifatnya santai.
- Having disabilities, but not disabled
“People with disabilities” atau jika diterjemahan ke dalam bahasa Indonesia artinya orang-orang dengan disabilitas merupakan istilah yang lebih disukai karena istilah ini merujuk ke orang-orangnya dan bukan disabilitasnya. Tapi bahkan beberapa organisasi advokasi menggunakan “disabled”. Namun undang-undang yang melindungi orang-orang dengan disabilitas disebut American With Disabilites Act dan bukannya Disabled Americans Act.
Menurut Aussiedeafkids, ada beragam istilah untuk mendeskripsikan orang-orang dengan ragam tingkatan atau jenis ketidakmampuan mendengar atau tuli, yakni :
- Deaf
Istilah “Deaf” yang dimaksud disini adalah Deaf dengan huruf D kapital. Istilah ini biasa digunakan untuk mendeskripsikan mereka yang menggunakan Auslan atau Australian Sign Language untuk berkomunikasi, dan mereka yang diidentifikasi sebagai anggota komunitas signing Deaf (bahasa isyarat).
- deaf
Istilah “deaf” yang ini ditulis dengan huruf d kecil merupakan istilah yang lebih umum dan biasa digunakan untuk mendeskripsikan kondisi fisik dari ketidakmampuan mendengar. Serta biasa digunakan untuk mendeskripsikan orang-orang yang secara fisik tuli tapi bukan merupakan bagian dari anggota komunitas signing Deaf.
- Hard of hearing
Istilah ini digunakan oleh Deaf Australia untuk mendeskripsikan mereka yang kehilangan kemampuan mendengar di akhir masa kanak-kanak atau dewasa, atau mereka yang memiliki ketidakmampuan mendengar di tingkat ringan hingga sedang. Mereka biasanya berkomunikasi dengan berbicara, membaca gerakan bibir dan dengan pendengaran yang dibantu alat pendengar.
- Hearing impaired
Istilah ini banyak digunakan orang-orang yang lebih memilih alternatif untuk istilah “hard of hearing”.
Dua organisasi utama internasional yakni World Federation of the Deaf dan International Federation of the Hard of Hearing merekomendasikan untuk mengadopsi istilah “Deaf” dan “Hard of Hearing” di tahun 1995, dan rekomendasi ini diikuti oleh Deaf Australia. Namun begitu, banyak orang Australia dan organisasi terus menggunakan istilah “hearing impaired” karena lebih menyukainya dibandingkan “hard of hearing”.
Menggunakan istilah yang salah dapat menyinggung seseorang. Ada orang-orang yang tidak menyukai penggunaan istilah “hearing impaired” karena dianggap negatif dan klinis. Orang-orang yang mengalami kesulitan mendengar tidak suka jika diidentifikasi dengan istilah “Deaf” atau “deaf”. Maka hal yang penting untuk memastikan istilah apa yang cocok pada tiap orang.
Sementara itu di belahan dunia lain, tepatnya di Kanada, terdapat beberapa terminologi yang berkaitan dengan ketidakmampuan mendengar ini. Berikut istilah-istilah tersebut seperti dirangkum dari CAD.
- deaf
Istilah medis atau audiologi yang merujuk pada orang-orang yang sedikit memiliki kemampuan mendengar atau tidak sama sekali. Bisa digunakan sebagai kata benda kolektif yakni “the deaf” untuk merujuk pada orang-orang yang secara medis mengalami tuli tapi tidak perlu dikaitkan dengan komunitas Deaf.
- Deaf
Istilah sosiologis yang merujuk pada para individu yang tuli secara medis atau kesulitan mendengar yang dikaitkan dan berpartisipasi dalam masyarakat, budaya dan bahasa orang-orang Deaf yakni bahasa isyarat. Mereka lebih memilih mode komunikasi dengan menggunakan bahasa isyarat.
- Deafened
Istilah ini termasuk istilah medis dan sosiologis yang merujuk pada para individu yang menjadi tuli kemudian dan tidak dapat dikaitkan dengan komunitas “Deaf” atau “Hard of hearing”.
- Hard of hearing
Seseorang yang tingkatan kehilangan pendengarannya berada di tingkat ringan hingga berat dan berkomunikasi melalui berbicara. Istilah ini digunakan dalam bidang medis maupun sosilogis.
- Hearing impaired
Istilah ini tidak dapat diterima saat merujuk pada orang-orang yang kehilangan pendengaran. Istilah ini juga tidak bisa digunakan saat merujuk pada orang-orang “Deaf”. “Hearing impaired” adalah kondisi medis dan bukan merupakan kata benda kolektif untuk orang-raong yang memiliki variasi tingkatan dalam hal kehilangan pendengaran. Istilah ini gagal menjelaskan perbedaan-perbedaan antara komunitas “Deaf” dan “Hard of hearing”.
- Person who is deaf
Istilah ini dapat diterima tapi terlalu sensitif untuk menggantikan istilah “deaf”.
- Manual deaf, Signing deaf
Seseorang yang tuli yang lebih memilih mode komunikasi dengan menggunakan bahasa isyarat.
- Oral deaf
Seseorang yang tuli yang memilih mode komunikasi verbal dan auditori dan/atau membaca gerak bibir. Seseorang yang termasuk “oral deaf” dan mampu menggunakan bahasa isyarat serta mampu berbicara dapat dianggap sebagai “Deaf” jika Ia diterima di kalangan orang-orang “Deaf” dan menggunakan bahasa isyarat dalam komunitas “Deaf”.
- Deaf–mute
Istilah ini tidak dapat diterima. Seseorang yang tuli bisa memilih untuk tidak menggunakan suaranya, tapi hal ini tidak berarti orang tersebut “mute” atau tidak mampu bersuara.
- Deaf and dumb
Istilah ini tidak sopan.
- Deaf–plus
Meskipun istilah ini telah digunakan sekian tahun untuk merujuk pada orang-orang yang memiliki disabilitas disamping mengalami tuli, istilah yang lebih digunakan sekarang adalah “Deaf with mental disabilities”, “Deaf-blind”, “Deaf with CP”, dan lain-lain.
Sebenarnya apa yang salah dengan istilah “deaf-mute”, “hearing-impaired” dan “deaf and dumb” ? Dilansir dari National Association of the Deaf, istilah “Deaf and Dumb” berasal dari abad pertengahan Inggris yang merupakan leluhur dari semua label negatif yang disematkan pada tunarungu dan orang-orang dengan kesulitan pendengaran.
Aristoteles, seorang filsuf Yunani menggunakan istilah “deaf and dumb” karena Ia merasa bahwa tunarungu tidak mampu diajar, belajar dan berpikir rasional. Menurut pemikirannya, jika seseorang tidak mampu menggunakan suaranya seperti orang yang dapat mendengar maka tidak mungkin orang tersebut mampu mengembangkan kemampuan kognitifnya. (Sumber : Deaf Heritage, oleh Jack Gannon, 1980).
Dikemudian hari, “dumb” (bodoh) berubah menjadi “silent” (diam). Definisi ini tetap bertahan karena begitulah mereka melihat para tunarungu. Istilah ini tentu menyinggung para tunarungu dan orang-orang dengan kesulitan pendengaran karena sejumlah alasan. Pertama, tunarungu dan orang-orang dengan kesulitan pendengaran tidak “diam” sama sekali. Mereka menggunakan bahasa isyarat, membaca gerak bibir, vokalisasi, dan sebagainya untuk komunikasi.
Komunikasi bukanlah hak orang-orang yang mampu mendengar saja, dan menggunakan suara bukanlah satu-satunya cara untuk berkomunikasi. Dua, “dumb” berarti bodoh. Tunarungu dan orang-orang dengan kesulitan pendengaran telah bertemu dengan banyak orang yang sepakat dengan filosofi bahwa jika Anda tidak dapat menggunakan suara dengan baik, Anda tidak akan mampu untuk bergerak naik dan tidak akan menjadi apa-apa. Tentu saja ini tidak benar, informasi yang menyesatkan dan salah besar. Para tunarungu dan orang-orang dengan kesulitan pendengaran telah berulangkali membuktikan bahwa mereka telah berkontribusi besar dalam masyarakat luas.
Istilah “deaf-mute” merupakan istilah yang juga ofensif dari abad ke-18 hingga abad ke-19. “Mute” juga dapat diartikan diam dan tanpa suara. Label ini tentu tidak akurat secara teknis, karena tunarungu dan orang-orang dengan kesulitan pendengaran umumnya memiliki pita suara yang berfungsi. Tantangannya adalah untuk sukses memodulasi suara, kita harus mampu mendengar suara kita sendiri. Kembali lagi karena para tunarungu dan orang-orang dengan kesulitan pendengaran menggunakan berbagai metode komunikasi selain daripada suara, mereka tidak sepenuhnya diam. Komunikasi yang sebenarnya adalah saat maksud seseorang dapat dimengerti dengan baik oleh orang lain dan direspon dengan baik pula.
Istilah “hearing-impaired” tidak lagi dapat diterima oleh kebanyakan komunitas namun memang pernah digunakan karena dianggap benar secara politis. Sebagai contoh, menyatakan seseorang tunarungu atau tunanetra dianggap berani, kasar dan tidak sopan. Saat itu, dianggap lebih baik menggunakan kata “impaired” (terganggu) dengan kata “visually” (penglihatan), “hearing” (pendengaran), “mobility” (pergerakan), dan sebagainya.
Istilah “hearing-impaired” merupakan istilah yang maknanya baik tapi tidak diterima atau digunakan oleh para tunatungu dan orang-orang dengan kesulitan pendengaran.
Setelah mengetahui beberapa terminologi dalam hal ketidakmampuan mendengar, ada baiknya Anda mengetahui etika dalam hal berkomunikasi dengan mereka. Hal ini seperti dirangkum dari locallove berikut ini :
- Lakukan pendekatan yang sopan
Jika Anda mengetahui bahwa seseorang tersebut tuli atau kesulitan mendengar, dapatkan perhatiannya terlebih dahulu sebelum memulai pembicaraan. Sangat sulit bagi seseorang dengan ketidakmampuan pendengaran untuk menangkap sesuatu pembicaraan saat harus berbalik di kalimat pertama. Cara yang sopan untuk meminta perhatian seseorang adalah dengan menepuk bahu mereka atau melambaikan tangan.
- Jangan berasumsi, bertanyalah
Ada berbagai macam dan tingkatan dari tunarungu dan berbagai macam cara berkomunikasi pada tunarungu. Beberapa tunarungu tidak dapat mendengar sama sekali dan beberapa lainnya dapat mendengar sebagian. Beberapa menggunakan alat bantu mendengar atau implant koklea dan lainnya memilih untuk tidak menggunakan alat apapun.
Ada tunarungu yang berbicara dan ada pula yang memilih untuk menggunakan bahasa isyarat. Orang-orang yang normal sebaiknya tidak berasumsi sendiri. Tanyakan pada mereka yang mengalami kehilangan kemampuan mendengar apa yang bisa Anda lakukan untuk membuat komunikasi di antara kalian lebih mudah dan lebih efektif. Untuk menginisasi sebuah percakapan, cobalah memulai pembicaraan. Jika di antara kalian mengalami kesulitan saling memahami satu sama lain, maka berkomunikasilah dengan menggunakan alat tulis seperti pena dan kertas atau melalui telepon genggam.
- Buatlah proses membaca gerakan bibir lebih mudah
Jika rekan Anda ingin membaca gerakan bibir Anda, pastikan Anda tidak berbicara saat sedang makan, atau mengunyah sesuatu atau sedang merokok agar kata-kata Anda dapat terbaca dengan jelas.
Jangan berteriak dan terlalu menekankan kata-kata Anda karena hal ini akan mengubah pembicaraan dan membuat proses membaca gerakan bibir lebih sulit. Anda juga dapat memanfaatkan gestur dan ekspresi wajah saat sedang terlibat pembicaraan.
- Bersikaplah bijaksana saat di perkumpulan
Seseorang yang tunarungu mungkin merasa terkucilkan saat berada di pesta karena tidak mampu mengikuti arus pembicaraan orang-orang. Orang-orang yang normal dapat membantu mereka dengan berhenti sejenak agar mereka paham apa yang sedang dibicarakan atau melalui pembicaraan empat mata.
- Pupuklah budaya inklusif di tempat kerja
Tumbuhkan budaya saling menghargai di antara sesama rekan kerja saat berada di lingkungan kantor. Para pemberi kerja sebaiknya memodifikasi pekerjaan yang mempekerjakan orang-orang dengan ketidakmampuan pendengaran. Seperti contohnya dengan meniadakan telefon disekitar mereka atau tidak ditempatkan di bagian yang berhubungan langsung dengan klien serta jika mungkin adakan penerjemah saat sedang rapat.
- Sebaiknya di bagian pelayanan disediakan sistem visual untuk komunikasi
Sebaiknya dalam sistem komunikasi publik atau tempat umum juga disediakan pola komunikasi dengan memanfaatkan sistem visual atau gambar. Tidak hanya sebatas pemberitahuan melalui suara saja.
- Teruslah mengedukasi diri sendiri dan orang lain dalam komunitas
Jangan meremehkan orang-orang yang memiliki ketidakmampuan mendengar. Mereka juga dapat melakukan hal-hal seperti yang dilakukan orang normal lainnya. Teruslah edukasi diri Anda sendiri dan orang lain bahwa mereka juga sama dengan orang-orang lain yang harus dihargai.
Tiap individu punya keunikannya masing-masing. Namun satu hal yang pasti adalah semua orang ingin diperlakukan dengan baik dan dihargai. Oleh karena itu jika tidak yakin istilah mana yang harus Anda gunakan, jangan ragu untuk bertanya mereka lebih nyaman dirujuk dengan istilah apa. Hal ini penting untuk menghindari salah paham di antara para pihak. Selamat mencoba.